Kronologi Santri di Samarinda Tewas Dianiaya Senior, Berawal Dituduh Curi Uang

SAMARINDA, iNews.id - Seorang santri di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) berinisial AR (13) tewas usai dianiaya seniornya AF (20). Saat ini pelaku sudah ditahan di Mapolsek Sungai Pinang.

Wakapolresta Samarinda AKBP Eko Budiman menceritakan kronologi kejadian yang dialami korban.

Baca Juga

Hampir Sepekan Hilang Tenggelam, Remaja di Aceh Ditemukan Tewas

Dia mengatakan, kejadian berawal pelaku menuduh korban telah mencuri uang miliknya sebesar Rp200.000.

Sebelum kejadian, AR sedang duduk bersila dengan lima temannya. Kemudian, pelaku datang langsung menampar pipi korban dua kali di bagian kiri dan kanan. 

Baca Juga

Detik-detik Ayla Tabrak Belakang Truk Tronton hingga Mengakibatkan 2 Orang Tewas

Bukan itu saja, pelaku juga menendang dua kali sehingga membuat korban tersungkur.

Saat korban tersungkur dan terlentang, kata dia, pelaku lalu menyiram korban menggunakan air ke wajah hingga membuat mulut korban mengeluarkan busa, serta  bagian hidung mengeluarkan lendir.

Baca Juga

Senior yang Aniaya Santri di Samarinda hingga Tewas Terancam 15 Tahun Penjara

"Pelaku awalnya ingin membuat jera saja, tapi keterusan sehingga mengakibatkan korban tewas," katanya, Kamis (23/2/2023).

Dia mengatakan, motif penganiayaan yang dilakukan pelaku terhadap korban karena AF menuduh AR telah mengambil uang miliknya sebesar Rp200.000.

Baca Juga

Santri Dianiaya Senior di Aceh hingga Trauma, Orang Tua Lapor Polisi

Korban yang merasa tidak mencuri membuat AF geram dan melakukan penganiayaan kepada korban secara membabi buta hingga membuat AR tewas.

Pascakejadian itu, pihak ponpes langsung melapor ke polisi hingga pelaku diamankan.

Baca Juga

Dituduh Curi Uang Rp200.000, Santri di Samarinda Tewas Dianiaya Senior

"Pihak Ponpes kooperatif langsung melaporkan ke Polsek Sungai Pinang, dan pelaku langsung diamankan, dan barang bukti yang diamankan satu gelas Aqua plastik, serta untuk saat ini belum ada terkuak motif dendam antara pelaku dan korban,"  ujarnya.

Editor: Candra Setia Budi