Sejarah mencatat, sejak perpindahan itu, Tenggarong tidak hanya menjadi kedaton baru Kesultanan Kutai Kartanegara, tetapi juga titik tumbuh peradaban di sepanjang Mahakam. Kompleks kedaton, masjid, hingga tata kota yang berkembang pada masa Sultan Aji Imbut, menjadikan Tenggarong sebagai poros baru kehidupan masyarakat Kutai.
Menurut Bupati, ziarah ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan pengingat bahwa Tenggarong memiliki warisan budaya, adat istiadat, dan sejarah panjang yang mesti dijaga. “Warisan ini adalah identitas kita. Dia menjadi ruh Kota Tenggarong dan ruh pembangunan yang ada di sini,” katanya.
Meski secara administratif kini berstatus kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Aulia menilai Tenggarong tetap memegang tempat istimewa.
“Sejarah panjang Tenggarong adalah pengingat. Dia bukan hanya kota, tapi jiwa yang terus hidup dalam denyut pembangunan Kutai Kartanegara,” tuturnya.
Editor : Anindita Trinoviana
Artikel Terkait