SAMARINDA, iNews.id – Penyakit mulut dan kuku (PMK) di luar daerah membawa pengaruh pada kenaikan harga sapi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini justru membawa berkah bagi pedagang hewan kurban lokal, keuntungan mereka meningkat.
Salah satu pedagang sapi kurban di Samarinda, Dafi mengatatakan, sebelum ada wabah PMK, biasanya ada pedagang dari luar kota masuk, seperti dari Sulawesi. Seperti di Jalan A. Wahab Sjahranie (AWS) ada 7 lapak sekarang hanya tinggal 3 lapak.
“PMK tidak mempengaruhi jumlah penjualan hewan kurban, bahkan justru mengalami kenaikan omzet,” katanya.
Dijelaskan, wabah PMK tak terjadi di Kaltim. Saat ini Harga sapi kurban mengalami kenaikan antara Rp3.000.000 smapai Rp4.000.000 tiap ekor. Sebelumnya, ia biasa menjual sapi kurban paling murah Rp13.000.000, kini bisa dijual hingga Rp15.000.000 tiap ekor.
Ia mengungkapkan, dulu ia bisa menjual sapi kurban per ekor paling murah dengan harga Rp13 juta, sekarang penjualan paling murah seharga Rp15 juta.
Pedagang sapi kurban lainnya, Zanang Sulaiman mengatakan, kasus wabah PMK mempengaruhi harga penjualan sapi, selain itu konsumen menjadi lebih waspada.
Dia membenarkan bila kondisi saat ini harga sapi kurban telah naik. Ia menjual dari harga Rp16.000.000 hingga Rp25.000.000.
“Tergantung kualitas sapi. Artinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil atau sedang. Kalau yang besar dan berat harganya lebih tinggi," ucapnya.
"Alhamdulillah (PMK) idak mempengaruhi jumlah penjualan,” sambungnya.(*)
Editor : Febrian Putra
Artikel Terkait